Dari beberapa
faktor penunjang keberhasilan pendidikan sehingga mampu melahirkan siswa yang
berprestasi , faktor guru sangat dominan adanya. Peran guru sangat penting
terhadap baik buruknya mutu pendidikan. Ungkapan “guru kencing
berdiri murid kencing berlari” rasanya masih belum usang. Bila sampai
sangat ini mutu pendidikan di Indonesia dinilai oleh berbagai pihak masih
relatif rendah, maka perlu diakui salah satu penyebab utamanya adalah kualitas
kompetensi guru relatif rendah, di samping faktor-faktor lain yang menjadi
penyebabnya. Misalnya, sarana prasarana pendidikan yang kurang refresentatif,
manajemen pendidikan yang masih carut marut.
Mengapa masih
banyak guru yang belum profesional alias tidak berkualitas? Berdasarkan hasil
riset dan survey berbagai pihak ditemukan beberapa penyakit yang bersarang pada
diri guru sehingga guru tersebut tidak profesional dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya. Ada beberapa penyakit berbahaya yang melemahkan kualitas guru
dalam melaksanakan tugas sehingga berdampak negatif terhadap upaya peningkatan
mutu pendidikan, diantaranya :
- ASMA
(Asal masuk kelas). Ketika guru masuk ke kelas tanpa disertai persiapan
dan perencanaan matang secara tertulis dan sistematis
- ASAM
URAT (Asal Sampai Materi Urutan tidak Akurat). Cara menyajikan materi
pelajaran masih konvensional, sering memakai metode CBSA (Cul Budak
Sinau Anteng), metode tugas mencatat paling sering dilakukan.
Kadang-kadang batas materi pelajaran yang disampaikan gurupun tidak tahu.
- BATUK
(Baca Ngantuk). Umumnya guru malas membaca, sekali-kali membaca kantuk
datang menggoda akhirnya membaca tak tahan lama. Karena jarang membaca
ilmunya tidak bertambah, wawasannya tidak luas. Materi pelajaran yang
diberikan kepada siswa tidak mengikuti perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Jadilah guru yang jumud, kaku bahkan ortodok.
- DIABETES
(Dihadapan Anak Bekerja Tidak Serius)
- DIARE
(Di kelas Anak diRemehkan). Potensi, bakat dan minat anak kurang
diperhatikan, sehingga proses belajar mengajar monoton, tidak menumbuh
kembangkan potensi anak didik tapi justru sering membunuh potensi, bakat
dan minat anak didik.
- GATAL
(Gaji Tambah Aktifitas Lesu). Gaji ingin terus bertambah, tapi
melaksanakan tugas kewajiban tidak mau berubah. Mengikuti sertifikasi
sangat ambisi padahal kurang memiliki kompetensi tujuan utamanya ingin
berpenghasilan tinggi mendapat gaji tunjangan profesi.
- GINJAL
(Gaji Nihil Jarang Aktif dan Lambat). Gaji minus tiap bulan karena habis
oleh kredit bank akhirnya hilanglah gairah bekerja, pudar semangat
mengajar.
- HIPERTENSI
(Hilang Perhatian Terhadap Nasib Siswa). Prestasi siswa tidak
diperhatikan, mau pintar atau bodoh masa bodo, tidak ada upaya pengayaan
bagi siswa berprestasi dan tidak ada upaya perbaikan atau remedial kepada
siswa yang masih kurang berprestasi.
- KANKER
(Kantong Kering). Gaji satu bulan habis satu minggu, karena besar pasak
daripada tiang, tinggi kemauan rendah kemampuan. Penghasilan tidak
memenuhi kebutuhan, akibatnya hilanglah semangat melaksanakan tugas, malas
masuk kelas, sering mangkir tidak hadir.
- KUDIS
(Kurang Disiplin) melaksanakan tugas asal-asalan tidak tepat waktu, tidak
akurat rencana dan program.
- KURAP
(Kurang Rapih). Penampilan pisik (performan) acak-acakan, persiapan
administrasi KBM asal-asalan.
- KUSTA
(Kurang Strategi). Tampil mengajar dihadapan siswa hanya menggunakan
metode ceramah sehingga membosankan, tidak menggunakan berbagai metode
mengajar sehingga tidak membangkitkan semangat belajar siswa.
- MUAL
(Mutu Amat Lemah) masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional yang ideal. Kurang menguasai materi pelajaran dan metoda
pembelajaran.
- LESU
(Lemah Sumber). Buku sumber pelajaran hanya mengandalkan buku paket, tidak
memiliki buku referensi yang variatif dan representatif sehingga
wawasannya sempit
- LIPER
(Lekas Ingin Pergi). Tidak betah berada di sekolah, tidak antusias masuk
ke kelas bahkan sebaliknya ingin segera pulang untuk mencari penghasilan
tambahan. Kadang-kadang usaha sampingan diutamakan tugas utama mengajar
dilupakan.
- PROSTAT
(Program dan Strategi tidak dicatat). Ketika KBM tidak disertai Silabus
dan RPP, tanpa dilengkapi program dan strategi mengajar yang ditulis
sistematis.
- REMATIK
(Rendah Motivasi Anak Tidak Simpatik). Tidak semangat ketika mengajar
dihadapan anak didik, performan tidak menarik sehingga anak didik
tidak simpatik bahkan sebaliknya antipati akhirnya melemahkan bahkan menghilangkan
gairah belajar. Tampil mengajar tidak menyenangkan siswa.
- STRUK
(Suka Terlambat Untuk masuk Kelas)
- T B
C (Tidak Bisa Computer) alias gaptek (gagap teknologi), tidak ada usaha
untuk meng-up grade kompetensi diri, sehingga penguasaan teknologi informasi
dan komunikasi kalah oleh siswa.
- TIPUS
(Tidak Punya Selera). Ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dihadapan siswa tidak semangat, kurang gairah
Waspadalah
jenis-jenis penyakit di atas jangan sampai diderita oleh para guru. Apabila macam-macam
jenis penyakit kronis tersebut di atas bersemayam dalam sikap mental dan
psikologis guru sehingga mengalami komplikasi akut, maka sangat membahayakan
terhadap kualitas pendidikan siswa. Jenis-jenis penyakit mental di atas
termasuk penyakit menular yang dapat melumpuhkan bahkan membunuh potensi yang
dimiliki siswa. Dampak negatifnya potensi yang dimiliki siswa bukan meningkat
menjadi kompetensi tapi justru membuat siswa impotensi, kurang berprestasi.
Sebelum berbagai
penyakit di atas semakin mewabah dan merambah pada jiwa setiap guru, maka perlu
segera melakukan tindakan antisipatif dan preventif dengan meminum obat mujarab
yaitu “IMTAK” dan “IPTEK” (meningkatkan kualitas keimanan dan merealisasikan
ketakwaan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi).
Seberapapun besar dana yang disediakan
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan bila tidak ditunjang oleh
mutu pendidik karena sudah terjangkit penyakit, yakinlah prestasi siswa sulit
bangkit.
“Be Good A Teacher or Never”
“Lebih baik tidak jadi guru daripada
jadi guru tidak baik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar