Rabu, 22 September 2010

RINGKASAN MATERI BAHASA INDONESIA

A Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat dan padat tetapi dapat menyampaikan pesan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat Kalimat efektif menuntut adanya beberapa ketepatan, di antaranya ketepatan pilihan kata, bentuk kata, pola kalimat, dan makna kalimat. Ketidakefektifan kalimat dalam surat biasanya disebabkan oleh:

1. Salah nalar

Coba Anda perhatikan contoh di bawah ini.

(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena jalannya macet

(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada waktu.

Kalimat di atas merupakan bagian surat yang sering kita lihat pada surat pemberitahuan. Jika dilihat selintas memang kalimat di atas tampak efektif karena mudah kita pahami. Akan tetapi, kalimat tersebut sebenarnya tidak efektif karena salah nalar. Pada kalimat (a) terdapat frasa jalannya macet. Di dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI, 1994: 611) kata macet berarti terhenti atau tidak lancar. Kata terhenti atau frasa

tidak lancar hanya boleh mengikuti kata yang bermakna 'gerak.' Sedangkan kata jalan tidak mengandung makna 'gerak.' Oleh karena itu, frasa jalanya macet mengalamai salah nalar, karena kata jalan pada konteks kalimat tersebut memang tidak pernah bergerak.

Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada kalimat (b). Tuhan telah memberikan waktu kepada kita 24 jam dalam satu hari dan satu malam. Jadi kalau ia tidak bisa arisan karena tidak ada waktu, berarti terjadi salah nalar. Kemungkinan yang tidak ada adalah kesempatan, karena setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda-beda.

Dua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena lala lintas macet

(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada kesempatan untuk datang.

Masih banyak contoh kalimat lain yang salah nalar, misalnya:

  • Mobil Pak Sanusi mau dijual.
  • Waktu dan tempat kami persilakan kepada Bapak Rustamaji.
  • Bola berhasil masuk ke gawang lawan.

Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:

  • Mobil Pak Sanusi akan dijual.
  • Bapak Rustamji kami persilakan.
  • Ronaldo berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.


     

2. Penggunaan kata depan yang berlebihan dan tidak tepat

Penggunaan kata depan yang berlebihan di dalam kalimat surat juga menjadikan kalimat tidak efektif. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini.

  • kami maju pesat berkat perkembangan daripada teknologi informasi.
  • Kepada yang berminat membeli printer merek epson dapat menghubungi perusahaan kami.
  • Jika belum jelas, Anda dapat meminta penjelasan lebih lanjut ke saya.

Penggunaan kata depan daripada pada kalimat (a) sangat berlebihan dan tidak tepat. Kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan antara dua kata benda atau frasa benda. Padahal kata depan daripada pada kalimat (a) tidak berfungsi untuk membandingkan.

Jadi, kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut:

(a) Perusakan kami maju pesat berkat perkembangan teknologi informasi.

(b) Yang berminat membeli printer merek epson dapat menghubungi perusahaan kami.

(c) Jika belum jelas, Anda dapat meminta penjelasan lebih lanjut kepada saya.

Contoh penggunaan kata depan daripada yang tepat adalah:

  • Hidup di desa lebih tenang daripada hidup di kota.
  • Tunjangan kesejahteraan guru DKI Jakarta lebih baik daripada tunjangan kesejahteraan guru dari daerah lain.
  • menjadi gelandangan di DKI Jakarta lebih baik kita mengikuti transmigrasi ke Kalimantan.

Penggunaan kata depan kepada pada kalimat (b) juga berlebihan dan tidak tepat. Penggunaan kata depan kepada yang benar adalah untuk menyatakan 'tempat yang dituju' dan ditempatkan di muka objek dalam kalimat yang predikatnya mengandung pengertian 'tertuju terhadap sesuatu.'

Contoh:

  • Persoalan itu harus dilaporkan kepada kepala sekolah.
  • Saya akan meminta bantuan kepada LBH yang ada di PGRI.
  • Marilah kita kembali kepada UUD 1945.

Penggunaan kata depan ke pada kalimat (c) tidak tepat, karena kata depan ke tidak dapat digunakan di depan:

  • kata ganti (saya, kamu, dan dia),
  • kata nama diri (Sanusi, Gunawan),
  • kata nama jabatan (lurah, camat, dan gubernur),
  • Kata nama kekerabatan ( adik, saudara, dan ibu).

Kata depan ke berfungsi untuk menyatakan 'tempat tujuan' dan digunakan di depan kata benda yang menyatakan tempat. Untuk menyatakan 'tempat yang dituju' penggunaan kata depan ke akan lebih cermat apabila diikuti dengan kata yang menunjukkan bagian dari tempat yang dimaksud. Contoh penggunaan kata depan ke yang tepat.

  • Ayah pergi ke Makasar.
  • Saya melihat ke tengah danau.
  • Perampok itu berlari ke samping mobil kami.

    3.
    Pleonasme (berlebihan/mubazir)

Penggunaan kata yang pleonastis (berlebihan) dapat mempengaruhi efektivitas kalimat. Coba perhatikan contoh berikut ini.

  • Produk-produk kami dijamin memuaskan para Bapak-bapak dan Ibu-ibu.
  • Harga yang Bapak tawarkan kepada kami sangat murah sekali.
  • orang-orang yang telah tertarik terhadap produk perusahaan kami.

Kata depan para pada kalimat (a) sangat berlebihan (mubazir). Kata depan para bermakna 'jamak.' Oleh karena itu, penggunaan kata depan para jangan diikuti lagi dengan kata yang bermakna jamak, misalnya bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin, dan sebagainya. Hal yang senada juga terjadi pada kalimat (c). Kata banyak seyogyanya tidak diikuti kata jamak (orang-orang).

Penggunaan kata sangat murah sekali pada kalimat (b) juga pleonastis (berlebihan). Kata sangat sama atau mirip artinya dengan kata sekali. Oleh karena itu, pergunakan salah satu saja, yakni sangat murah atau murah sekali.

Jadi, perbaikan kalimat di atas adalah:

(a) Produk-produk kami dijamin memuaskan para Bapak dan Ibu.

- Harga yang Bapak tawarkan kepada kami sangat murah.

- Banyak orang yang telah tertarik terhadap produk perusahaan kami

B. Pemilihan kata yang tepat (diksi)

Pilihan kata atau diksi dalam bahasa surat hendaknya tepat agar tidak menimbulkan konotasi yang lain. Konotasi adalah makna tambahan yang muncul dari kata tersebut. Makna konotasi muncul akibat penafsiran, perasaan, dan budaya setiap orang. Konotasi ini akan ditanggapi secara berbeda-beda, bergantung dari situasi pembacanya. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini.

  • Kami berharap, Bapak dapat bergabung di perusahaan kami.
  • Saya berharap, Saudara dapat bergabung di perusahaan saya.

Kata kami pada kalimat (a) sebenarnya sama dengan kata saya pada kalimat (b), yakni prulalis majestatis. Penggunaan kata kami terasa lebih santun karena tidak menonjolkan diri dibandingkan dengan kata saya. Begitu pula, penggunaaan kata Bapak terasa lebih terhormat dibandingkan dengan kata Saudara.

Contoh lain adalah:

  • Seorang supervisor harus memperhatikan anggota timnya.
  • Seorang mandor harus memperhatikan bawahannya.

Kata supervisor dan mandor pada kalimat di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, pengawas atau pengontrol utama. Akan tetapi, kata supervisor terasa lebih terhormat daripada kata mandor. Begitu pula, frasa anggota tim memiliki konotasi lebih baik daripada kata bawahan.

Contoh lainnya adalah:

Perusahaan kami menerima tenaga kerja wanita dengan syarat tinggi badan minimal 165 cm, berleher jenjang, dan bertubuh langsing.

Frasa berleher jenjang dan bertubuh langsing pada kalimat di atas memiliki konotasi yang baik, jika dibandingkan dengan frasa berleher panjang dan tubuhnya kurus. Oleh karena itu, pemilihan kata atau frasa di dalam bahasa surat harus benar-benar diperhatikan

C. Penggunaan kata baku

Kata-kata yang digunakan di dalam surat hendakanya kata yang baku. Kata yang baku adalah kata yang sesuai dengan standar Kamus Besar bahasa Indonesia. Apabila ternyata kita terpaksa harus menggunakan kata asing karena belum ada padannya dalam bahasa Indonesia, maka kata tersebut harus dicetak miring atau digaribawahi. Berikut ini adalah beberapa contoh kata baku dan tidak baku.

B a k u

Tidak baku

akta

alpa (tidak hadir)

alternatif

analisis

apotek

banker

beasiswa

biaya

CV

cenderamata

efektif

ekspor

faksimile

faktur

fotokopi

ijazah

izin

jadwal

kabar

kualitas

legalisasi

manajemen

miliar

nomor

November

persen

PT

rezeki

risiko

teladan

utang

vital

akte

alfa (tidak hadir)

alternatip

analisa

apotik

bangker

biasiswa

beaya

C.V.

cinderamata

epektif

eksport

faximile

paktur

photokopi

ijasah

ijin

jadual

khabar

kuwalitas

legalisir

management

milyar

nomer

Nopember

prosen

P.T.

rejeki

resiko

tauladan

hutang

fital

D.
Penggunaan Ejan yang tepat

Penulis surat yang cermat pasti memperhatikan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Begitu pula sebaliknya, penulis surat yang tidak cermat biasanya lebih memetingkan isi daripada bahasa. Dalam penulisan surat, baik isi maupun bahasa harus benar-benar kita perhatikan. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat dalam surat yang kurang memperhatikan kaidah ejaan.

  • Semoga anda dapat bergabung dengan perusahaan kami.
  • Setiap hari sabtu perusahaan kami libur.
  • Surat penawaran ini berasal dari P.T. Genta Buana Perkasa.
  • Surat ini harus ditanda tangani oleh direktur perusahaan.
  • Silakan hubungi sub-bagian tata usaha.
  • Harga gula yang kami tawarkan sebesar Rp. 8.000,- per kg.
  • Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
  • Jadwal wawancara dirubah menjadi tanggal 2 s/d 5 Maret 2006.
  • Direktur perusahaan kita yang baru adalah seorang sarjana hukum, yakni Dr. Tony SH.
  • Pihak ke-I bertindak sebagai penjual dan pihak ke-II sebagai pembeli.

Marilah kita cermati penggunaan ejaan yang salah dalam penulisan kalimat surat di atas.

Penulisan kata anda pada kalimat (1) tidak sesuai EYD. Kata anda sebagai bentuk sapaan harus diawali dengan huruf kapital, yakni Anda. Kata sapaan lain adalah Bapak, Ibu, Saudara, dan sebagainya.

Pada kalimat (2) terdapat nama hari yang penulisannya tidak tepat karena diawali dengan huruf kecil. Menurut ketentuan EYD, semua nama hari, nama bulan, dan nama tahun harus diawali dengan huruf kapital. Sebagai contoh:

Nama hari : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Nama bulan : Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember.

Nama tahun : Masehi, Kabisat, Saka, dan Hijriah.

Pada kalimat (3) terdapat penulisan singkatan huruf awal kata yang menggunakan tanda titik. Di dalam EYD disebutkan bahwa singkatan yang terdiri atas huruf awal kata, suku kata atau gabungan keduanya yang terdapat dalam akronim tidak perlu menggunakan tanda titik. Jadi, penulisan singkatan PT tidak perlu menggunakan tanda titik, seperti singkatan CV, SMA, MPR, ABRI, dan sebagainya.

Penulisan kata 'ditanda tangani' pada kalimat (4) seharusnya dirangkaikan, yakni ditandatangani. Hal tersebut karena gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran sekaligus. Sedangkan pada kalimat (5) terdapat kata 'sub-bagian' seharusnya subbagian. Bentuk sub-, semi, non-, dan in- sebagai awalan dari bahasa asing harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: semifinal, nonformal, dan informal.

Penulisan singkatan rupiah pada kalimat (6) tidak perlu menggunakan tanda titik. Begitu pula penggunakan tanda koma dan setrip di akhir angka tidak sesuai ketentuan EYD. Contoh penulisan yang tepat adalah Rp 8.000,00 per kg.

Kalimat (7) merupakan kalimat penutup surat yang tidak tepat. Kata ganti "–nya" pada kata perhatiannya tidak jelas. Oleh karena itu, kata ganti-"nya" harus diganti dengan kata nama diri, menjadi: Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Pada kalimat ( terdapat penulisan kata dan singkatan yang tidak sesuai EYD, yakni kata dirubah dan s/d. Kata dirubah sebenarnya berasal dari kata dasar ubah, bukan rubah. Oleh karena itu, imbuhan di- + ubah menjadi diubah. Adapun singkatan sampai dengan yang benar adalah s.d. bukan s/d.

Penulisan gelar sarjana hukum (kalimat (9) adalah S.H. Gelar sarjana hukum ditempatkan di bagian belakang nama. Penulisan gelar di belakang nama menurut EYD harus diawali dengan tanda koma. Contoh:

(a) Dr. Tony, S.H.

(b) Sri Mulyani, S.Pd.

(c) Sugiman, B.Sc.

Penulisan ke-I dan ke-II pada kalimat (10) tidak tepat. Penulisan ke- harus diikuti denggan angka Arab. Apabila ingin menggunakan angka Romawi maka bentuk ke- tidak perlu dimunculkan. Misalnya:

  • Pihak ke-1 dan pihak ke-2.
  • Pihak I dan pihak II.


 

Rabu, 15 September 2010

RPP IPA Kelas VI Sem 2 Perpindahan Energi

BAB I

MODEL RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR


  1. TUJUAN PEMBELAJARAN

    Melalui percobaan, diskusi, Tanya jawab dan penugasan siswa dapat:

    1. Membuat model ketapel dari alat dan bahan yang sesuai.
    2. Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan batu pada model ketapel dapat bergerak.
    3. Menjelaskan adanya hubungan antara gaya dan gerak pada benda.
    4. Memberi contoh alat-alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak sehari-hari.
    5. Merancang dengan berbagai cara untuk membuat alat sederhana yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak.


  2. MATERI AJAR (MATERI POKOK)

    Membuat model jungkat jungkit

    Membuat model ketapel

    Membuat model traktor sederhana



  1. METODE PEMBELAJARAN
    1. Percobaan
    2. Diskusi
    3. Tanya jawab
    4. Pengamatan
    5. Penugasan


  2. KEGIATAN PEMBELAJARAN
    1. Pendahuluan
      1. Guru bercerita tentang permainan sepak bola dan fenomena yang ada hubungannya dengan gaya dan gerak.
      2. Siswa diajak tanya jawab tentang hubungan antara gaya dan gerak. (contoh: Mengapa bola dapat bergerak cepat? Bagaimana batu pada ketapel dapat bergerak jauh? Adakah pengaruh gaya terhadap gerak benda?)
      3. Beberapa siswa menjawab berdasarkan opini mereka (pengetahuan awal atau prakonsepsi siswa)
    2. Inti
      1. Dengan bimbingan guru siswa membuat model ketapel.
      2. Siswa melakukan percobaan untuk menyelidiki adanya hubungan antara gaya dan gerak pada ketapel atas bimbingan guru.
      3. Siswa menuliskan hasil pengamatan atas bimbingan guru.
      4. Siswa merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan atas bimbingan guru.
    3. Penutup
      1. Siswa diminta untuk mencermati hasil pengamatan dari percobaan yang telah dilakukan, untuk menjelaskan adanya gaya dan gerak.
      2. Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi kehidupan sehari-hari.
      3. Siswa mengerjakan soal tes tertulis.
      4. Siswa diberi tugas secara individu untuk mengidentifikasi alat-alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak dalam kehidupan sehari-hari.
      5. Siswa diberi tugas membuat model alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak.


  3. ALAT DAN SUMBER BAHAN
    1. Alat
      1. Ranting pohon berbentuk huruf Y
      2. Tali karet
      3. Kalep (potongan kulit bekas tas atau sepatu)
      4. Gunting
      5. Pisau
      6. Batu / kerikil
    2. Sumber Bahan
      1. Standar isi / silabus
      2. Buku teks Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI


  4. PENILAIAN HASIL BELAJAR
    1. Pengamatan (Proses Hasil Belajar)
    2. Tugas
      1. Mengidentifikasi alat-alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak dalam kehidupan sehari-hari.
      2. Membuat model/ alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak.
    3. Tes Tertulis


      Soal tes tertulis

      Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat!

      1. Apa yang menyebabkan batu pada ketapel dapat bergerak?
      2. Apa yang akan terjadi apabila kerikil pada karet ketapel ditarik makin kuat?
      3. Mengapa batu pada karet ketapel meluncur dengan pelan?
      4. Adakah hubungan antara gaya dan gerak benda pada ketapel? Jelaskan!
      5. Sebutkan lima alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak dalam kehidupan sehari-hari!
    4. Penilaian
      1. Tertulis

        Pedoman Penskoran

Jenis Soal

Jumlah Soal

Bobot

Skor Maksimal

Uraian

5

3

15


Kunci Jawaban:

  1. Apabila kerikil/ batu pada karet ketapel ditarik kemudian dilepaskan.
  2. Kerikil akan terlontar jauh.
  3. Karena tarikannya tidak kuat/ lemah.
  4. Ada. Makin kuat kita menarik kerikil pada karet ketapel, makin jauh kerikil akan terlontar.
  5. Panah, sepeda, jungkat-jungkit, mesin jahit injak, timba air.
  1. Kinerja

    Dilakukan Guru selama mengamati seluruh kegiatan siswa, idealnya siswa diamati satu persatu, dan Guru mencatat hasil analisisnya untuk dimasukkan pada tabel berikut ini.


No.

Indikator

Sub Indikator

(rincian kegiatan)

Bobot per indikator

Jumlah perolehan siswa

Ketuntasan 60%

Skor maksimal

1.

Menjelaskan faktor yang mempengaruhi gerak benda

Menyimpulkan bahwa ada hubungan antara gaya dan gerak.

Memberikan contoh alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak dalam kehidupan sehari-hari.

Kesungguhan menggunakan kepekaan segenap inderanya ketika mengamati.

4

4

Ketepatan merangkai alat

3

3

Ketepatan hasil percobaan

3

3

Keaktifan dalam kelompok

2

2

Kerjasama dengan kelompoknya

2

2

Mengkomunikasikan hasil pengamatan

4

4

2.

Membuat model untuk membuktikan adanya hubungan antara gaya dan gerak.

Ketepatan mencari alternatif alat dan bahan

4

4

Ketepatan merangkai alat

3

3

Kerapian merangkai alat dan bahan

2

2

Kesesuaian alat dengan konsep yang dipelajari

3

3

SKOR YANG DIPEROLEH

30



Mengetahui,

Kepala Sekolah






………………………………


Guru



BAB II

SKENARIO PEMBELAJARAN



GAMBARAN INTERAKSI GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

No.

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

Guru bercerita tentang Permainan Sepak Bola dan fenomena alam yang ada hubungannya dengan gaya dan gerak.

Siswa memperhatikan dan menyimak cerita dari guru

Guru menanyakan kepada siswa mengapa bola dapat bergerak cepat?

Siswa menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu.

Kemungkinan jawaban siswa: Karena ditendang.

Guru menunjukkan model ketapel.

Siswa memperhatikan model ketapel yang ditunjukkan oleh guru.

Guru mengajukan pertanyaan sebagai rumusan masalah sebagai berikut:

"Bagaimana batu pada ketapel dapat bergerak jauh?"

Beberapa siswa menjawab/ beropini sesuai konsep awal yang telah dimilikinya.

Misalnya:

Karena karet ditarik, karena kayu ditarik

Guru mengajak siswa untuk menguji opini siswa yang telah ditulis di papan tulis dengan cara membuat model ketapel. Sebelumnya guru sudah member tugas kepada siswa agar menyiapkan alat dan bahan dari rumah.

Guru menjelaskan sambil menunjukkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang apa yang harus dikerjakan dalam pembuatan model ketapel.

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk membuat model ketapel.

Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok.

Siswa membuat model ketapel dari alat dan bahan yang sudah disiapkan, dirangkai menjadi bentuk seperti gambar berikut ini:








Guru memberikan bimbingan.

Setelah pembuatan model ketapel selesai, siswa mencoba penggunaan ketapel atas bimbingan guru.











Diperlihatkan cara yang salah yaitu dengan menarik kayunya.

Dengan mengacu pada percobaan guru dan siswa menyusun hasil pengamatan.

Informasi: Gaya didefinisikan sebagai tarikan atau dorongan.

Tabel Hasil Pengamatan

No.

Tarikan Karet

Jarak batu yang terlempar

Dekat

Agak jauh

Jauh

Lebih jauh

1.

Lemah

2.

Agak kuat

3.

Kuat

4.

Sangat kuat

Hasil pengamatan:

Karet ketapel ditarik sampai kuat, batu terlempar paling jauh.

Dengan mengacu pada hasil pengamatan, guru dan siswa berdiskusi untuk merumuskan kesimpulan. Dalam diskusi ini akan terjadi konf.irmasi antara guru dan siswa tentang perbedaan tarikan karet yang lemah dan yang kuat.

Kesimpulan:

  • Semakin kuat kita menarik karet ketapel, makin jauh batu terlempar
  • Semakin lemah kita menarik karet ketapel, makin dekat batu terlempar
  • Besarnya gaya mempengaruhi gerak benda.

Guru dan siswa berdiskusi berdasarkan percobaan dan hasil pengamatan, untuk mengoreksi opini siswa.

10.

Guru melakukan pemantapan dengan menggali penguasaan siswa, misalnya: jika kita ingin menjatuhkan buah yang ada di pohon dengan menggunakan ketapel, apa yang harus kita lakukan?

Siswa menjawab sesuai penguasaan konsep yang telah dimiliki.

Hasil penerapan yang benar:

Karet dibuat lebih lentur dan panjang, kerikil diganti yang lebih besar, dan tarikan karet lebih kuat. Dengan demikian kerikil yang lebih besar tadi dapat terlempar jauh.

Guru memberi tugas rumah

  • Siswa diminta untuk mengidentifikasi alat-alat yang memanfaatkan prinsip gaya dan gerak.
  • Siswa merancang model alat sederhana, jungkat-jungkit. (guru memberikan penjelasan)

Siswa menulis tugas di buku PR untuk dikerjakan di rumah.





BAB III

KETERANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN



  1. KEGIATAN EKSPLORASI
  • Guru mengajukan beberapa pertanyaan, siswa menjawab berdasarkan opini mereka (pengetahuan awal/ prakonsepsi siswa)
  • Dengan bimbingan guru siswa membuat model ketapel dan mencobanya (menguji penggunaannya)
  • Dengan bimbingan guru siswa melakukan pengamatan


  1. KEGIATAN ELABORASI
  • Siswa menuliskan hasil pengamatan atas bimbingan guru.
  • Berdasarkan hasil percobaan dan hasil pengamatan, siswa merumuskan kesimpulan atas bimbingan guru.

  1. KEGIATAN KONFIRMASI
  • Siswa diminta untuk membandingkan dari hasil percobaan dan pengamatan untuk menjelaskan adanya hubungan antara gaya dan gerak benda.
  • Siswa melakukan refleksi tentang makna pembelajaran bagi kehidupan sehari-hari dan kemanfaatannya.